Rabu, 29 Agustus 2012

Tur-Studi-Malaysia-Singapura-3-Habis-Bandar-Bestari-Itu-Bernama-Cyberjaya

DALAM ranah sejarah, pemindahan pusat pemerintahan dari satu tempat ke tempat lain adalah hal biasa. Tahun 1745, Paku Buwono II memboyong Keraton Mataram dari Kartasura ke Surakarta.

Demikian halnya Meizi Tennoo, usai menerima tampuk kekuasaan pada 1816, memindahkan ibu kota Kekaisaran Jepang dari Kyoto ke Tokyo.

Sebagai sebuah peristiwa, pemindahan pusat pemerintahan dapat dimaknai ikhtiar rezim untuk melakukan pembaruan. Paku Buwono II meyakini, Kartasura sebagai ibu kota telah ternoda oleh pemberontakan Mas Garendi yang didukung orang-orang Tionghoa.

Untuk itu pemindahan dimaksudkan untuk membuang sengkala dan berharap Negeri Mataram yang dipimpinnya dapat tegak berjaya.

Sementara itu, Meizi Tennoo berhasil membuktikan, pemindahan pusat pemerintahan yang ia lakukan menjadi titik tolak modernisasi Jepang.

Dengan pengharapan serupa, sepertinya hal itu dilakukan pula oleh Pemerintah Malaysia. Melihat kondisi Petalingjaya di Kuala Lumpur yang tak lagi kondusif, medio 1990-an, Dato' Sri Mahathir Mohammad, Perdana Menteri kala itu, membangun pusat pemerintahan baru di Putrajaya.

Jika diukur, letak kawasan tersebut tak begitu jauh dari ibu kota semula. Jaraknya cuma sekitar 40 km di selatan Kuala Lumpur dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit.

Putrajaya menempati wilayah yang semula berupa kebun kelapa sawit milik Kerajaan Selangor. Pemerintah Malaysia membelinya dan menggunakan lahan seluas ribuan hektare itu untuk membangun sentral pemerintahan baru yang lebih sistematis dan tertata. Di dalamnya dibangun gedung-gedung pemerintahan dan sarana penunjang lainnya. Diharapkan, pada 2008, seluruh rencana pengembangan kawasan Putrajaya dapat diselesaikan sepenuhnya.

Pusat Pertumbuhan

Yang menarik, upaya Pemerintah Malaysia tidak berhenti di situ saja. Mereka sepertinya berkehendak menyulap Putrajaya menjadi sebuah pusat pertumbuhan baru di Semenanjung Malaya. Hal itu dibuktikan dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung, seperti Kuala Lumpur International Airport (KLIA), danau buatan untuk pariwisata, serta kawasan industri berbasis teknologi informasi yang dinamakan Cyberjaya.

Maka, tampaklah Putrajaya laiknya sebuah kota yang indah. Jalan-jalan dibuat dua arah, lebar dan mulus, tidak ubahnya jalan tol. Di sepanjang tepi jalan itu berderet lampu-lampu, yang selain difungsikan sebagai penerang, juga untuk hiasan.

Sementara itu, pada hampir setiap sudut kawasan dibangun taman-taman indah dan memesona. Bangunan-bangunan kukuh dan megah bertebaran di mana-mana, namun terlihat amat tertata. Adapun mobil-mobil berjajar rapi di areal-areal parkir yang disediakan dalam ukuran luas.

Khusus Cyberjaya menempati lahan seluas lebih dari 3.000 hektare yang terbagi menjadi tiga zona. Pertama, zona perusahaan yang di dalamnya menampung perusahaan besar hingga kecil menengah. Kedua, zona komersial yang menampung bisnis retail dan perkantoran, termasuk di dalamnya mal, restoran, hotel, serta fasilitas bisnis lainnya. Dan ketiga, zona tempat tinggal dengan ''rumah-rumah pintar'' yang menggunakan aplikasi teknologi Informasi. Tak lupa, kawasan Cyberjaya juga dilengkapi dengan Universitas Multimedia. Kendati demikian, Cyberjaya tetaplah terasa nyaman, sebab di dalamnya menyisakan ruang-ruang hijau mencapai separo dari luas keseluruhan.

Menarik Perhatian Bill Gate

Dalam istilah Melayu, Cyberjaya kerap disebut Bandar Bestari yang diterjemahkan sebagai intelligent city. Sesuai namanya, kawasan ini dirancang bangun dengan basis teknologi informasi. Seluruh bangunan dan infrastruktur yang ada di dalamnya terhubung dalam satu jaringan (network) yang sistematis dan terencana. Hebatnya, jaringan tersebut seluruhnya menggunakan serat optik, mulai dari back bone (jalur utama) hingga network client. Tentu saja, untuk merancang bangun sistem semacam ini butuh biaya besar. Namun, pemerintah negeri penghasil sawit dan timah ini tak segan-segan menutup pendanaannya. Bahkan, demi merangsang perusahaan-perusahaan raksasa dunia menempati kantor di sana, mereka membebaskan pajak pada 10 tahun pertama.

Penggunaan serat optik dalam jaringan teknologi informasi yang dibangun memiliki banyak keunggulan. Antara lain, hubungan antarklien dapat terakses lebih cepat dan lancar. Ini jauh lebih baik daripada kabel unified twisted pair (UTP) atau wireless fidely (wifi).

Menurut Pembantu Rektor I Udinus Mohammad Sidiq SSi MKom, yang turut dalam rombongan tur studi ini, penggunaan serat optik untuk jaringan secara keseluruhan belum lazim digunakan di Indonesia. Alasan simpelnya, yakni membutuhkan biaya amat besar. Di Indonesia, serat optik memang sudah banyak digunakan, tapi biasanya untuk back bone saja. Adapun untuk network client masih menggunakan UTP atau wifi yang mempunyai sejumlah kelemahan, yakni cenderung lambat dan rentan gangguan dalam kondisi cuaca buruk.

''Dengan berbagai keunggulan semacam itu, tidak salah kalau Cyberjaya menjadi jujugan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia untuk menimba pengalaman. Kalau tak ada aral, insya Allah, tahun depan kami akan kembali membawa mahasiswa tur studi ke sini,'' jelas Mohammad Sidiq.

Seluruh jaringan dan sistem infrastruktur di dalam Cyber Jaya dikendalikan dari suatu tempat yang dinamakan City Command Center (CCC). Ia berada di bawah pengelolaan langsung Majlis Daerah Sepang. Adapun keseluruhan sistem dirancang dan diaplikasikan oleh Setia Haruman Technology SDN BHD. CCC memberikan kemudahan kepada komunitas Cyberjaya melalui teknologi informasi, seperti pantauan arus lalu lintas, menyebarkan informasi melalui web site, atau pemberian informasi kepada para penumpang mengenai jadwal kedatangan dan keberangkatan bus di halte-halte. Kecanggihan sistem informasi Cyberjaya tak urung memantik perhatian bos Microsoft Bill Gate. ''Beberapa waktu lalu Bill Gate pernah datang untuk menyaksikan Cyberjaya dari dekat,'' ujar seorang pemandu dari Creosis Education yang mendampingi tur studi Udinus.

Manajer Humas dan Pemasaran Setia Haruman Technology Zulkifly Hj Yusof memaparkan, Cyberjaya dibangun pemerintah untuk memajukan industri teknologi informasi Malaysia agar bisa sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Selain itu, proyek tersebut juga diikhtiarkan menarik minat perusahaan-perusahaan teknologi informasi(ITC) dari luar negeri untuk mengembangkan bisnisnya di negara anggota persemakmuran itu. Tujuan lain? Menyediakan lapangan kerja bidang teknologi informasi kepada warga Malaysia.


View the original article here

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls